Anaa
ingin sedikit berbagi cerita mengesankan yang terjadi dalam hidup Anaa, aslinya
kisah ini sederhana tapi Anaa yang menjalaninya merasa alurnya begitu kompleks.
Anaa akan berusaha membuatnya lebih mudah untuk dipahami. Sebelumnya Anaa
pernah memposting cerita ini di Facebook pribadi Anaa pada 26 September 2019.
Pontianak, 26 Muharram 1441 H / 26 September 2019 M
Assalaamu’alaikum wa Rahmatullaahi wa Barakaatuh.
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”(Qs. Al-Insyirah : 5-6).
Repost :
25 Muharram 1441 H
07:24 WIB
Mahasiswa itu berjalan menuju lantai 2 gedung utama
dikampusnya sembari terus menundukkan pandangannya, terus menunduk hingga dia
sampai didepan sebuah pintu. Pintu pun dibuka, tampak tak ada seorang pun di
dalamnya. Kembali dia meneruskan langkahnya dan menunggu di ruang tunggu lantai
1. Setelah berapa lama menunggu mahasiswa itu pun tersenyum dengan kehadiran
seseorang yang sedari tadi dicarinya, dosennya. Dosen itu pun pamit
meninggalkannya sejenak. Sekembalinya sang dosen, proses bimbingan pun dimulai.
Banyak poin yang disampaikan oleh sang dosen, termasuk mengulang ingatan
tentang adab dan akhlaq seorang muda kepada yang tua, adab dan akhlaq seorang
murid kepada gurunya. Sembari bimbingan berlangsung, terdengar suara ramai
mahasiswa diluar gedung yang bersiap diri melakukan aksi demonstrasi. Setelah
menyelesaikan bimbingan dengan sang dosen, mahasiswa itu pamit meninggalkan
ruangan. Terus berjalan menuju fakultas dan selesai dengan keperluannya yang
lain, tiba-tiba...
“Revisi kamu udah selesai?”
“Belum, nih lagi diminta rubah judul.”
“Hah, mana boleh rubah judul lagi!”
“___________ (Kaget). Jadi gimana?”
09:50 WIB
Setelah bertemu KaProdi dan mendapatkan arahan, dia
teringat akan satu hal. Mahasiswa itu bergegas pulang ke rumah. Di jalan dia
melihat teman kakaknya berjalan berduyun bersama rombongan mahasiswa
(demonstran) dari berbagai kampus, deru derap langkah mereka membuat ramai
jalanan. Hampir 20 menit mahasiswa itu terjebak kerumunan demonstran.
Sesampainya di rumah, gerak langkah mahasiswa itu begitu cepat seperti sedang
berlomba dengan waktu. Pamit dengan sang ayah dan kembali memacu kendaraannya
menuju ke sebuah masjid di ibu kota. Setelah sampai mahasiswa itu berniat
langsung membuka laptopnya, menyelesaikan apa yang seharusnya diselesaikan.
Sejenak pikiran dan hatinya berkecamuk seolah sedang terjadi perang kebenaran
dan kebatilan, diambilnya wudhu dan ditegakkannya shalat. Setelahnya, mahasiswa
itu mulai melanjutkan pekerjaannya hingga waktu memasuki waktu shalat zuhur.
Mahasiswa itu hendak memperbarui wudhunya, kembali dia bertemu dengan teman
lamanya. Dilemparkannya senyum dan dipeluk erat teman lamanya itu, dia tak
ingat kapan terakhir pernah memeluk erat temannya itu.
13:05 WIB
Selepas shalat mahasiswa itu melanjutkan perjalannya lagi
ke kampus, kembali dia menemui dosennya untuk meminta tanda tangan. Hampir saja
mahasiswa itu gagal mendapatkan tanda tangan karena dosennya akan pergi lama ke
luar daerah. Ketika semua urusan hampir selesai, tugasnya yang terakhir adalah
menjumpai sang dekan. Karena tak berada diruangannya, mahasiswa itu pun duduk
menunggu sang dekan diruang TU sambil berbincang dengan
juniornya. Mereka berbincang hangat dan cukup lama, setelah itu
juniornya pun pamit. Tak berapa lama, datang menghampirinya seorang wanita yang
usianya terpaut 15 tahun darinya. Mahasiswa itu tak mengetahui urusan dan
keperluan wanita tersebut, yang diketahuinya hanyalah bahwa wanita itu juga
sedang mencari sang dekan. Setelah mandapatkan informasi dari TU tentang
keberadaan sang dekan, sontak mahasiswa itu sangat semangat menawarkan untuk
mengantar wanita tersebut menuju lokasi yang dimaksud. Pikirnya, sangat
beruntung mengetahui posisi keberadaan sang dekan saat itu karena dirinya juga
sedang mencari sang dekan. Dibawanyalah wanita itu menjumpai sang dekan, wanita
dan mahasiswa itu bergantian mengajukan keperluannya. Setelah membantu wanita
tersebut menyelesaikan segala urusannya, sebagai rasa syukurnya wanita tersebut
meminta mahasiswa itu untuk ikut makan siang bersamanya. Mahasiswa dan wanita
tersebut terus berbincang sejak awal mereka bertemu di fakultas hingga selesai
makan siang, seperti sudah lama mengenal hingga keduanya bertukar cerita dengan
mudahnya. Mulai dari cerita susah senangnya kuliah masa dulu dan sekarang
hingga cerita kedekatan hubungan dosen dan mahasiswa masa dulu dan sekarang,
sungguh pengalaman yang luar biasa pikir mahasiswa itu.
Senang yang bernilai : )
Mahasiswa itu berfikir, hari itu menjadi hari yang kalau
punya rasa mungkin seperti nano-nano. Awalnya mahasiswa itu merasa senang, lalu
sunyi, kemudian tenang, selanjutnya tegang, dilanjutkan dengan rasa syukurnya
yang berterusan mengenang bagaimana Allāh Subhānahu wa ta'ālā telah
benar-benar membuatnya “excited” melalui drama hidup yang luar
biasa absurd.
15:15 WIB
Sampai di tempat mengajar, mahasiswa itu masih terus
tersenyum tenang karena gembira melalui harinya. Hingga mahasiswa itu berhasil
menceritakan dan menyelesaikan tulisannya untuk dinikmati kalangan pembaca,
senyumnya tetap saja tiada henti menemani dirinya. Assalaamu’alaikum wa
Rahmatullaahi wa Barakaatuh.