Kamis, 14 Mei 2020


Anaa ingin sedikit berbagi cerita mengesankan yang terjadi dalam hidup Anaa, aslinya kisah ini sederhana tapi Anaa yang menjalaninya merasa alurnya begitu kompleks. Anaa akan berusaha membuatnya lebih mudah untuk dipahami. Sebelumnya Anaa pernah memposting cerita ini di Facebook pribadi Anaa pada 26 September 2019.

Pontianak, 26 Muharram 1441 H / 26 September 2019 M
Assalaamu’alaikum wa Rahmatullaahi wa Barakaatuh.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”(Qs. Al-Insyirah : 5-6).

Repost  :

25 Muharram 1441 H
07:24 WIB
Mahasiswa itu berjalan menuju lantai 2 gedung utama dikampusnya sembari terus menundukkan pandangannya, terus menunduk hingga dia sampai didepan sebuah pintu. Pintu pun dibuka, tampak tak ada seorang pun di dalamnya. Kembali dia meneruskan langkahnya dan menunggu di ruang tunggu lantai 1. Setelah berapa lama menunggu mahasiswa itu pun tersenyum dengan kehadiran seseorang yang sedari tadi dicarinya, dosennya. Dosen itu pun pamit meninggalkannya sejenak. Sekembalinya sang dosen, proses bimbingan pun dimulai. Banyak poin yang disampaikan oleh sang dosen, termasuk mengulang ingatan tentang adab dan akhlaq seorang muda kepada yang tua, adab dan akhlaq seorang murid kepada gurunya. Sembari bimbingan berlangsung, terdengar suara ramai mahasiswa diluar gedung yang bersiap diri melakukan aksi demonstrasi. Setelah menyelesaikan bimbingan dengan sang dosen, mahasiswa itu pamit meninggalkan ruangan. Terus berjalan menuju fakultas dan selesai dengan keperluannya yang lain, tiba-tiba...
“Revisi kamu udah selesai?”
“Belum, nih lagi diminta rubah judul.”
“Hah, mana boleh rubah judul lagi!”
“___________ (Kaget). Jadi gimana?”


09:50 WIB
Setelah bertemu KaProdi dan mendapatkan arahan, dia teringat akan satu hal. Mahasiswa itu bergegas pulang ke rumah. Di jalan dia melihat teman kakaknya berjalan berduyun bersama rombongan mahasiswa (demonstran) dari berbagai kampus, deru derap langkah mereka membuat ramai jalanan. Hampir 20 menit mahasiswa itu terjebak kerumunan demonstran. Sesampainya di rumah, gerak langkah mahasiswa itu begitu cepat seperti sedang berlomba dengan waktu. Pamit dengan sang ayah dan kembali memacu kendaraannya menuju ke sebuah masjid di ibu kota. Setelah sampai mahasiswa itu berniat langsung membuka laptopnya, menyelesaikan apa yang seharusnya diselesaikan. Sejenak pikiran dan hatinya berkecamuk seolah sedang terjadi perang kebenaran dan kebatilan, diambilnya wudhu dan ditegakkannya shalat. Setelahnya, mahasiswa itu mulai melanjutkan pekerjaannya hingga waktu memasuki waktu shalat zuhur. Mahasiswa itu hendak memperbarui wudhunya, kembali dia bertemu dengan teman lamanya. Dilemparkannya senyum dan dipeluk erat teman lamanya itu, dia tak ingat kapan terakhir pernah memeluk erat temannya itu.


13:05 WIB
Selepas shalat mahasiswa itu melanjutkan perjalannya lagi ke kampus, kembali dia menemui dosennya untuk meminta tanda tangan. Hampir saja mahasiswa itu gagal mendapatkan tanda tangan karena dosennya akan pergi lama ke luar daerah. Ketika semua urusan hampir selesai, tugasnya yang terakhir adalah menjumpai sang dekan. Karena tak berada diruangannya, mahasiswa itu pun duduk menunggu sang dekan diruang TU sambil berbincang dengan juniornya.  Mereka berbincang hangat dan cukup lama, setelah itu juniornya pun pamit. Tak berapa lama, datang menghampirinya seorang wanita yang usianya terpaut 15 tahun darinya. Mahasiswa itu tak mengetahui urusan dan keperluan wanita tersebut, yang diketahuinya hanyalah bahwa wanita itu juga sedang mencari sang dekan. Setelah mandapatkan informasi dari TU tentang keberadaan sang dekan, sontak mahasiswa itu sangat semangat menawarkan untuk mengantar wanita tersebut menuju lokasi yang dimaksud. Pikirnya, sangat beruntung mengetahui posisi keberadaan sang dekan saat itu karena dirinya juga sedang mencari sang dekan. Dibawanyalah wanita itu menjumpai sang dekan, wanita dan mahasiswa itu bergantian mengajukan keperluannya. Setelah membantu wanita tersebut menyelesaikan segala urusannya, sebagai rasa syukurnya wanita tersebut meminta mahasiswa itu untuk ikut makan siang bersamanya. Mahasiswa dan wanita tersebut terus berbincang sejak awal mereka bertemu di fakultas hingga selesai makan siang, seperti sudah lama mengenal hingga keduanya bertukar cerita dengan mudahnya. Mulai dari cerita susah senangnya kuliah masa dulu dan sekarang hingga cerita kedekatan hubungan dosen dan mahasiswa masa dulu dan sekarang, sungguh pengalaman yang luar biasa pikir mahasiswa itu.


Senang yang bernilai : )    

Mahasiswa itu berfikir, hari itu menjadi hari yang kalau punya rasa mungkin seperti nano-nano. Awalnya mahasiswa itu merasa senang, lalu sunyi, kemudian tenang, selanjutnya tegang, dilanjutkan dengan rasa syukurnya yang berterusan mengenang bagaimana Allāh Subhānahu wa ta'ālā  telah benar-benar membuatnya “excited” melalui drama hidup yang luar biasa absurd.


15:15 WIB
Sampai di tempat mengajar, mahasiswa itu masih terus tersenyum tenang karena gembira melalui harinya. Hingga mahasiswa itu berhasil menceritakan dan menyelesaikan tulisannya untuk dinikmati kalangan pembaca, senyumnya tetap saja tiada henti menemani dirinya. Assalaamu’alaikum wa Rahmatullaahi wa Barakaatuh.



Pontianak, 29 Maret 2018                           Oleh : Khairunisa Widiastuti
 LELAH SI PEJUANG MUDA

Bekas-bekas guratan penanya
Diam berbaris diatas lembar-lembar putih
Bukti asa dan suka yang dilewati

Meski waktu diam membisu tak berbicara
Cukuplah tinta sahaja yang membuktikan
Tak mengapa jualah
Toh, dia hanya seorang pejuang muda
Yang tak ingin berhenti berkarya sampai akhir lelahnya

Guratan penanya yang tak pernah terhapus
Bakal jadi saksi perjuangan bisunya
meski tiada banyak yang tau
dia tau bahwa allĀh maha tau

tinta-tinta yang telah mengering
kini telah menjadikan senyuman manis diwajah
bekas guratan tintanya tidak hanya berbekas di atas lembaran putih
namun juga  ukirkan bahagia di qalbu

AllĀh...
Bilakah masanya... asanya berganti buncahan kesuka citaan
Oleh lembaran-lembaran yang lebih berarti
Senilai dengan kebahagiaan ke dua orang tuanya

AllĀh...
Bilakah masanya...Pakaian perjuangannya
Akan dibalut dengan kain  hitam dan topi khasnya yang unik
Untuk memberi mereka kesenangan sebab lama menunggu waktu

.....
Hanya pinta dan harapnya yang tetap terus ada
Walau semakin sulit segalanya kini
Dia tahu, inilah konsekuensi
Sebab dia, adalah pejuang muda

                            Salam pejuang muda

  By Khairunisa Widiastuti Pontianak, 23 Oktober 2021 (07.37 WIB)   Dilarang Fanatik   Kepercayaanku pada kata-kata ‘alim dan ‘ula...